Bangunannya terbuat dari kayu dan bambu
setinggi 10 meter dan berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan
laut (Mdpl). Pembangunan fasilitas baru itu dilakukan secara swadaya
warga setempat.
Pengunjung yang
datang ke gardu pandang ini akan merasakan sensasi berada di atas awan,
tanpa perlu mendaki puncak Gunung Merapi atau Merbabu. Pengunjung dapat
mendirikan tenda, sekaligus menunggu datangnya sunrise maupun sunset.
Untk mencapai gardu itu, pengunjung bisa berjalan kaki sekitar 20 menit.
Bisa juga menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor melintasi
jalur-jalur pertanian yang sebagian sudah dibeton.
Selain itu Bukit Gancik juga menjadi lokasi favorit tempat peristirahatan
atau transit wisatawan yang hendak menuju kawasan wisata Merapi.
Pengunjung akan dimanjakan dengan pesona alam yang sungguh luar biasa, barisan dan deretan tumbuhan hijau yang asri membentuk seperti gunung – gunung dan lembah – lembah yang berjejeran, sejuknya hembusan angin yang silih berganti, menikmati puncak Gunung Merapi walau terkadang diselimuti kabut.
Pengunjung juga bisa merasakan sensasi berada di atas awan tanpa harus bersusah payah melakukan pendakian ke puncak gunung.
Pengunjung akan dimanjakan dengan pesona alam yang sungguh luar biasa, barisan dan deretan tumbuhan hijau yang asri membentuk seperti gunung – gunung dan lembah – lembah yang berjejeran, sejuknya hembusan angin yang silih berganti, menikmati puncak Gunung Merapi walau terkadang diselimuti kabut.
Pengunjung juga bisa merasakan sensasi berada di atas awan tanpa harus bersusah payah melakukan pendakian ke puncak gunung.
Selain pemandangan alam yang indah dengan latar belakang Gunung Merapi dan Merbabu, tempat ini juga termasuk salah satu tempat terindah untuk pemandangan Sunrise nya, terutama saat musim panas tentunya.
Hal ini dimungkinkan karena letak dari Gardu pandang ini yang hampir sejajar lurus dengan puncak Merapi yang dikenal memiliki salah satu pemandangan sunrise terbaik.
Dari gardu pandang di Bukit Gancik, pengunjung bisa menikmati indahnya matahari saat muncul dari balik Gunung Lawu di Karanganyar. Dari sini pemandangan segitiga emas, Lawu-Merapi-Merbabu terlihat dikejauhan.
Menara pandang jadi ikon Bukit Gancik (sumber : Imgrum.net)
Selain pemandangan alam yang indah dengan latar belakang Gunung Merapi
dan Merbabu, tempat ini juga termasuk salah satu tempat terindah untuk
pemandangan Sunrise nya, terutama saat musim panas tentunya.
Hal ini dimungkinkan karena letak dari Gardu pandang ini yang hampir sejajar lurus dengan puncak Merapi yang dikenal memiliki salah satu pemandangan sunrise terbaik.
Dari gardu pandang di Bukit Gancik, pengunjung bisa menikmati indahnya matahari saat muncul dari balik Gunung Lawu di Karanganyar. Dari sini pemandangan segitiga emas, Lawu-Merapi-Merbabu terlihat dikejauhan.
Hal ini dimungkinkan karena letak dari Gardu pandang ini yang hampir sejajar lurus dengan puncak Merapi yang dikenal memiliki salah satu pemandangan sunrise terbaik.
Dari gardu pandang di Bukit Gancik, pengunjung bisa menikmati indahnya matahari saat muncul dari balik Gunung Lawu di Karanganyar. Dari sini pemandangan segitiga emas, Lawu-Merapi-Merbabu terlihat dikejauhan.
Bahkan pada malam hari, keindahan alam dari bukit itu tak kalah menarik.
Kota Solo terlihat seperti lintang terbalik. Gebyar sinar lampu dari
daratan bak bayangan bulan purnama.
Nama Gancik diambil dari sejarah Kyai Syarif yang tinggal di Merbabu
pada tahun sebelum kemerdekaan. Jalur di bukit itu konon sering menjadi
jalur naik turunnya Kyai Syarif dari Merbabu ke Pasar Selo.
Konon di sini dulu tempat gawe mancik [untuk pijakan] kiai. Gawe mancik
saat kiai memandang alam sekitar dan gae becik. Dari makna ini warga
berharap Selo menjadi desa yang berkembang.
Warga Selo merintis agar Bukit Gancik bisa menjadi destinasi pendukung agrowisata yang ada di kawasan tersebut.
Ide ini bermula dari penetapan Desa Selo sebagai Desa Berdikari oleh
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng. Warga khususnya kelompok sadar
wisata (pokdarwis) kemudian menggali setiap potensi yang ada di desa.
Salah satunya Bukit Gancik.
Warga setempat akan menata bukit itu menjadi lebih eksotis. Perkebunan
sayur yang mengelilingi bukit Gancik akan dikemas menjadi kawasan
agrowisata. Sehingga nantinya tidak hanya berdaya di bidang pertanian,
warga juga mendapat berkah dari pariwisata.
EMPAT TEMPAT KERAMAT DI BUKIT GANCIK
Di kawasan Bukit Gancik terdapat 4 buah tempat keramat yang
berpotensi menjadi pendukung wisata di Bukit Gancik.
Keempat tempat itu adalah Gua Jalak, Watu Buto, Watu
Jonggol, dan Kali Gede. Dari ke 4 gua tersebut yang terdekat adalah Jarak Gua
Jalak, yang berjarak hanya sekitar 200 meter ke atas dari gardu pandang Bukit
Gancik.
Sedangkan Kali Gede, Watu Jonggol dan Watu Buto masih berada
di kawasan bukit tersebut. Menurut warga setempat, Gua Jalak dan Kali Gede
masih dikeramatkan oleh warga hingga sekarang. Pada masa penjajahan Jepang
maupun Belanda, Gua Jalak menjadi tempat persembunyian warga agar terhindar
dari serangan musuh. Sampai sekarang pun tempat itu masih banyak dikunjungi
orang-orang yang percaya dengan hal-hal mistis.
Sedangkan Kali Gede, dulunya merupakan sungai tempat
pertapaan Kyai Simbar Joyo dan Nyai Simbar Joyo. Sungai itu selalu ramai setiap
ada warga yang hendak menggelar hajatan. Warga yang punya hajatan harus
memberikan sesajen di tempat itu.
Hal ini terkait adanya mitos yang dipercaya orang hingga
saat ini. Pernah terjadi, orang mau menikah tidak memberikan sesajen, akibatnya
sang pengantin pingsan sehari semalam, dan baru siuman setelah memberikan
sesajen.
Sedangkan Watu Buto dan Watu Jonggol merupakan 2 buah batu yang
berukuran besar yang mempunyai cerita sejarah yang juga mistis. Saking besarnya
batu tersebut, konon batu tersebut terlihat jelas dari Keraton Solo.
Sampai saat ini Watu Jonggol tetap berada di tempatnya dan
tidak pernah lapuk. Warga tidak ada yang berani menggeser letak batu karena
batu itu selalu akan kembali ke tempat semula.
Dari Watu Jonggol itu pula muncul arti batu besar di Desa
Selo. Watu artinya sela. Jonggol itu besar. Selo gede yang ada di sela-sela
Merapi dan Merbabu.
Oleh warga setempat keberadaan tempat-tempat keramat itu akan dikelola lebih baik lagi sebagai bagian dari wisata religi sehingga mendukung potensi pariwisata di Bukit Gancik. Sehingga nantinya lengkap, ada agrowisata, wisata alam, dan wisata religi.
Oleh warga setempat keberadaan tempat-tempat keramat itu akan dikelola lebih baik lagi sebagai bagian dari wisata religi sehingga mendukung potensi pariwisata di Bukit Gancik. Sehingga nantinya lengkap, ada agrowisata, wisata alam, dan wisata religi.
AKSES MENUJU BUKIT GANCIK
Akses menuju Bukit Gancik tidak sulit, kendati lokasi gardu pandang
rakyat tersebut cukup tinggi, namun jaraknya cukup dekat dengan
pemukiman.
Dari jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB), pengunjung bisa mengambil rute
lewat kampung Selo Tengah dan Selo Nduwur. Jalur menuju bukit cukup
memacu adrenalin karena hanya ada jalan setapak, menanjak, dan kanan
kirinya adalah perkebunan sayur milik warga.
Pengunjung bisa menjangkau gardu tersebut dengan motor melintasi jalur
pertanian yang sebagian sudah di beton. Sementara jika ditempuh dengan
jalan kaki bisa dicapai dalam 30 menit
sumber: http://wisata-indonesiana.blogspot.co.id/2016/06/melihat-eksotisme-3-gunung-di-boyolali-dari-bukit-gancik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar